Air Minum dan Sanitasi Aman Untuk Hidup Sehat

Instagram Live episode empat yang mengusung tema “Air Minum dan Sanitasi Aman Untuk Hidup Sehat” telah selesai dilaksanakan. Dengan menghadirkan narasumber dari pendiri Lakoat Kujawas, Dicky Senda dan pendiri @rumahimani, Imam, kegiatan yang menjadi bagian dari kampanye publik KSAN ini bertujuan untuk menyebarluaskan informasi pentingnya ketersediaan air minum dan sanitasi aman bagi kesehatan.

Pada sesi pembukaan, Dicky Senda menjelaskan, air minum dan sanitasi aman merupakan hak setiap manusia. Sejalan dengan itu, Iman menyampaikan, bukan sekadar hak, namun air minum dan sanitasi aman juga merupakan kebutuhan dasar manusia, sehingga ketersediaan aksesnya harus terpenuhi.

Saat sesi berbagi cerita, Dicky menyampaikan bahwa di daerahnya yaitu wilayah Molo, Nusa Tenggara Timur, sudah terbebas dari praktik Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di tempat terbuka. Kendati demikian, sayangnya untuk ketersediaan air minum, wilayah Molo masih mengalami kesulitan hingga saat ini. 

Menurut Dicky, terkait air minum ini warga Molo ada yang masih memanfaatkan mata air, ada juga yang menggunakan air sumur (pompas), dan sudah tersambung dengan layanan  perpipaan PDAM. “Tetapi, meskipun begitu masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Contohnya bagi warga yang memanfaatkan mata air, jauhnya jarak tempuh masih menjadi hambatan. Sementara itu, bagi yang memanfaatkan air sumur dan PDAM debit air yang kecil dan terkadang mati menjadi hambatan yang harus dihadapi. Bahkan, di musim kemarau banyak warga Molo yang harus membeli air untuk memenuhi kebutuhan dasarnya,” cerita Dicky.

Sementara itu, Iman memaparkan, akses air minum di Rumahimani masih memanfaatkan air tanah dengan menggunakan sumur bor dan menggunakan air minum dalam kemasan untuk kebutuhan minum sehari-hari. Sedangkan, untuk sanitasi sudah menggunakan bio septic tank yang sifatnya kedap dan aman. “Pemilihan bio septic tank ini didasari karena menurut informasi yang kami dapat tangki septik jenis ini lebih ramah lingkungan dan juga terjamin kualitas, sehingga tidak perlu khawatir tangki septik akan bocor dan mencemari air tanah di wilayah Rumahimani,” jelasnya.

Sebagai pendiri Lakoat Kujawas yang merupakan wirausaha sosial dibidang community development yang ada di kawasan Molo di Nusa Tenggara Timur, Dicky juga turut memberikan edukasi pentingnya akses air minum dan sanitasi bagi warga Molo,  salah satu edukasi yang diberikan ialah pentingnya menjaga kebersihan sumber mata air dengan tidak buang sampah sembarangan di daerah sekitarnya. Menurut Dicky, dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat, pihaknya menggunakan pendekatan budaya. “Hal ini karena masyarakat Molo lebih mudah menerima pesan jika disampaikan dengan menggunakan pendekatan budaya dan kearifan lokal. Salah satu contoh pendekatan budaya yang digunakan ialah melalui pendekatan seni budaya tradisi dengan nilai-nilai kologi yang terkandung ke dalam tradisi tutur pada wilayah tersebut” jelas Dicky.

Selanjutnya, Dicky juga menyampaikan dahulu memang untuk wilayah kami di Molo, ketersediaan akses air minum masih tergolong sulit, namun saat ini kami selalu mengupayakan ketersediaan air minum secara kolektif agar akses air minum dapat terjamin untuk masa yang akan datang” ungkapnya.

Sejalan dengan itu, Iman juga menyampaikan upaya yang dilakukan Rumah Imani dalam mengatasi isu air minum yang terkontaminasi bakteri buruk bagi kesehatan. Untuk saat ini, Rumah Imani telah menggunakan bio septic tank alasannya karena mudahnya menghilangkan isi septic tank dengan diberi obat, sehingga tidak perlu merasa khawatir lagi akan kebocoran septic tank yang mampu berikan dampak buruk bagi kesehatan.

Disisi lain, setelah Dicky dan Iman menyampaikan upaya yang telah dilakukan dari masing-masing isu, Perencana Ahli Pertama, Kementerian PPN/Bappenas, Syaidina Agusta Sukarta selaku moderator mengungkap berdasarkan Studi yang dilakukan oleh KEMENKES pada Kualitas Air Minum tahun 2020, masih terdapat 93 dari 100 rumah tangga di indonesia tidak memiliki akses sanitasi aman sedangkan 9 dari 10 rumah tangganya masih mengkonsumsi air minum dari sumber air minum tidak aman yang artinya 7 dari 10 rumah tangga di Indonesia masih mengkonsumsi air minum yang terkontaminasi oleh bakteri E-Coli, dan sebanyak 35,8 juta orang di indonesia masih membuang air limbahnya tanpa diolah terlebih dahulu,” ungkapnya.

Selanjutnya Agusta, menyampaikan,  berdasarkan data penelitian WHO Tahun 2020 mengungkapkan, penyediaan akses air minum dan sanitasi yang layak mampu mengurangi resiko indeks penyakit sebesar 0,39%, hal ini cukup bisa untuk memproteksi diri kita terutama saat pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia dan dunia saat ini” ungkapnya. Berdasarkan data tersebut mengindikasikan bahwa masih banyak rumah tangga yang tidak memiliki akses, padahal akses air minum dan sanitasi aman sangat lah penting karena mampu mengurangi resiko penyebaran penyakit. 

Menanggapi hal itu, Iman menyampaikan, bahwa pihaknya telah melakukan uji laboratorium kepada sumber air yang ada di rumah mereka. Hal itu dilakukan untuk memastikan bahwa sumber air minum yang digunakan terbebas dari kontaminasi bakteri. Selain itu, pada IG Live ini Iman juga mengajak semua penonton untuk bisa melakukan uji laboratorium guna memastikan kualitas air minum di rumah masing-masing.

Penutup, dalam rangkaian kampanye publik yang dilakukan untuk menyambut Konferensi Air Minum dan Sanitasi (KSAN) memberikan pembelajaran bahwa dalam menjaga kesehatan tubuh terdapat banyak faktor yang harus dilakukan, salah satunya adalah dengan kebiasaan mengkonsumsi air minum aman dan menerapkan perilaku hygiene pada masyarakat perkotaan dan daerah.