Berbagi Pembelajaran Untuk Wujudkan Pengelolaan Sampah Berkelanjutan


Pengelolaan persampahan yang baik dan berkelanjutan hingga kini masih menjadi tantangan, baik di tingkat pusat maupun daerah. Data Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan, diolah Bappenas, 2019, menunjukkan, angka pengelolaan persampahan secara nasional baru mencapai 55,73% yang terdiri dari 54,85% penanganan dan 0,88% pengurangan. Capain tersebut tentunya masih jauh dari target, karena Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 mengamanatkan terwujudnya 100% pengelolaan sampah, dengan 80% penanganan dan 20% pengurangan.

Untuk peningkatan pencapaian target, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui sinergi dan kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk dengan sejumlah program pengelolaan persampahan, seperti dengan USAID Clean Cities, Blue Ocean (CCBO).

CCBO adalah kegiatan hibah langsung di tingkat global dengan durasi pelaksanaan selama lima tahun, mulai tahun 2019 hingga tahun 2023 mendatang yang memiliki tujuan untuk meningkatkan sistem pengelolaan sampah melalui 3R, peningkatan permintaan, serta penguatan pasar untuk praktik daur ulang.

Di Indonesia, CCBO bekerja di tiga lokasi dampingan yaitu Kota Semarang, Kota Makassar, dan Kota Ambon dan untuk memaparkan hasil pendampingan dan pembelajaran yang di dapat dari lapangan, maka pada tanggal 6-7 September 2022 di Sharaton Hotel Bandung, CCBO baru saja mengadalan Lokakarya Sharing Pembelajaran dan Penyusuna Rencana Kerja Tahun 2023.

"Bukan sekadar menjadi ajang berbagi lesson learned, namun kegiatan ini juga bertujuan untuk mendapatkan masukan terkait perencanaan kegiatan tahun ketiga CCBO," ujar Nur Endah Shofiani, Project Management Specialist Water and Sanitation USAID dalam sambutannya.

Kemudian,  Endah menyampaikan bahwa CCBO merupakan program sampah pertama dari USAID, maka dari itu semua aspek yang terkait menjadi perhatian, dengan harapan bisa menjadi pembelajaran bagi semua pihak. "Harapan kami, pembelajaran yang ada juga bisa direplikasi oleh para pihak lainnya untuk sama-sama mewujudkan pengelolaan sampah yang baik dan berkelanjutan," katanya.

Endah menambahkan, sejak pelaksanaan CCBO di tahun pertama hingga kedua ini, tim CCBO telah melakukan berbagai bentuk diskusi dengan beragam pihak, mulai dari pemerintah pusat, pemda, mitra, komunitas, hingga masyarakat. "Semua pembelajaran yang akan disampaikan pada dua hari ini, harapannya bisa memberikan informasi kepada semua, termasuk bisa menjadi bahan dokumentasi dan monitoring kegiatan CCBO kedepan," terangnya.

Selanjutnya, Nur Aisyah Nasution, Koordinator Bidang Air Minum dan Sanitasi, Direktorat Perumahan dan Kawasan Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas, menyampaikan bahwa pihaknya memberikan apresiasi kepada CCBO yang selama dua tahun berjalan ini telah menjalankan program dengan baik di lapangan.

Menurut Aisyah, di tingkat pusat sendiri, selain sudah menyusun Platform Pengelolaan Persampahan, para kementerian pengampu sektor persampahan kini juga sedang mempersiapkan INPRES yang akan berisikan turunan dari platform. Harapannya semua upaya yang sedang dilakukan, termasuk yang juga dilakukan CCBO bisa mendukung pengelolaan sampah yang lebih baik.

"Diharapkan juga pembelajaran dikemukakan oleh tim CCBO bisa menjadi masukan untuk mengembangkan upaya dan inovasi dalam pengelolaan persampahan, sekaligus juga bisa memperkaya informasi di sektor pesampahan," terangnya.

Kemudian pada kesempatan ini, Aisyah juga mengajak semua pihak untuk bersama-sama mendorong kondisi pengelolaan persampahan yang tentunya masih perlu ditingkatkan. "Seperti diketahui, dalam platform pengelolaan sampah, pembagian peran dari masing-masing pihak telah dicantumkan. Hal itu karena, dalam mewujudkan pengelolaan sampah memang tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja, harus dilakukan oleh multistakeholder guna memastikan terwujudkan sistem tata kelola yang baik dari hulu ke hilir," paparnya.

Pada kesempatan yang sama, Tiene Gunawan, Country Director CCBO Indonesia, menjelaskan bahwa dalam melakukan pendampingan di lapangan, pihaknya tidak melakukan sendiri, melainkan ada dukungan dari banyak pihak lainnya, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan juga dari teman-teman grantee, seperti Bintari, Lestari dan Waste4Change. "Kami berharap capaian yang berhasil kita raih bersama pada tahun dua tahun ini, akan terus mengalami peningkatan pada tahun-tahun berikutnya," ungkapnya.

Menurut Tiene, dalam pendampingan daerah, pihaknya bersama para grantee juga melakukan pendekatan berbeda yang disesuaikan dengan karakteristik daerah. Tujuannya, agar upaya yang dilakukan bisa sesuai dengan kebutuhan daerah, sehingga hasil yang di dapat bisa optimal.

Sekadar informasi, bukan hanya fokus untuk mendukung implementasi tata kelola pengelolaan sampah yang baik di lapangan, CCBO juga fokus untuk peningkatan kapasitas pemda untuk memastikan keberlanjutan pengelolaan persampahan. 

Tiene menambahkan, sebagai upaya peningkatan kapasitas pemda dan tata kelola persampahan yang lebih efektif, CCBO telah melakukan sejumlah kegiatan, diantaranya meninjau rencana pengelolaan sampah milik pemda di Kota Makasar, melakukan penilaian Indeks Kapasitas Layanan Persampahan oleh Pemda atau yang dikenal dengan istilah SCIL (Solid Waste Capacity Index for Local Government) di 3 kota dampingan, mendukung perhitungan biaya pengelolaan sampah dan tarif retribusi, serta memberikan dukungan peningkatan lingkungan yang mendukung penerapan 3R di lokasi dampingan, baik melalui kajian atau melalui pelatihan bagi masyarakat.

 "Selain itu, kami juga telah mengindentifikasi organisasi wanita dan pemuda di tiga lokasi dampingan yang telah melakukan berbagai kegiatan dan pendampingan dalam pengelolaan persampahan," jelasnya.

Dari sesi pembelajaran implementasi SCIL diketahui bahwa diperlukan sejumlah hal untuk mendorong kelembagaan pengelolaan sampah yang baik di tiga lokasi dampingan, seperti perlu adanya forum multipihak untuk pengelolaan persampahan, adanya pertemuan pemantauan dan evaluasi berkala, serta perlu adanya supervisi pengkajian hasil SCIL dari forum multipihak.

Pada sesi pendanaan, diketahui bahwa perlu adanya penguatan kerjasama pendanaan dari para pihak potensial seperti dana pinjaman dari bank pembangunan, dana hibah, serta dana CSR perusahaan dalam mengembangkan pengelolaan persampahan.

Kemudian dari sisi sarana dan prasarana, diketahui pula masih terdapat beberapa tantangan yang terjadi di tiga kota dampingan, diantaranya seperti tidak adanya penutupan sampah harian dan unit kendaraaan operasional yang masih sangat terbatas. Belum berakhir sampai disitu saja, tim CCBO juga memaparkan pembelajaran dari sisi lainnya seperti analisa lansekap sektor swasta, gender, serta pelibatan masyarakat. Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai hasil temuan lapangan dan juga pembelajaran, silahkan download link berikut https://drive.google.com/drive/folders/12-GlCupERWH1DoiEkafpxfDD4stl_0jm?usp=sharing