Berbagi Solusi dan Inovasi Pengelolaan Sampah


Dalam mewujudkan pengelolaan sampah yang terintergrasi dari hulu ke hilir tentunya dibutuhkan komitmen kuat dari seluruh pihak yang terlibat, baik itu dari pemerintah, dunia usaha, maupun masyarakat.

 

Pada platform pengelolaan persampahan nasional disampaikan, pembiayaan pengelolaan sampah menjadi permasalahan mendasar yang dihadapi oleh pemerintah kabupaten/kota. Untuk itu, diperlukan inovasi pembiayaan yang perlu didorong untuk dilakukan pemerintah kabupaten/kota agar mengurangi ketergantungan pada dana pemerintah, salah satunya dengan mengembangkan skema kerjasama.

 

Berkaitan dengan itu, sekaligus guna mengembangkan kerjasama antar pemangku kepentingan, maka dalam waktu dekat Direktorat Perumahan dan Kawasan Permukiman, Bappenas mengadakan workshop "Pengelolaan Sampah Melalui Teknologi yang Tepat dan Berbasis Kerjasama" yang diadakan pada 12 Agustus 2022 di Hotel Four Points, Bandung.

 

Kegiatan yang melibatkan kedelapan kabupaten/kota pelaksana program ISWM ini secara lebih rinci bertujuan untuk memberian pembelajaran pengelolaan sampah berbasis teknologi, mengidentifikasi teknologi yang sesuai kebutuhan daerah, serta memberikan pembelajaran model kerja sama pengelolaan layanan persampahan.

 

Dalam sambutannya, Setiawan Wangsaatmaja, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat (Sekda Jabar), mengatakan bahwa seiiring pertambahan penduduk, masih ada sekitar 37,92% sampah yang belum tertangani di wilayah Jawa Barat, terkait itu maka dibutuhkan solusi konkrit, salah satunya dengan pengelolaan sampah berbasis teknologi.

 

Setiawan menyampaikan, di era digital seperti saat ini Jabar sendiri sudah mengembangkan dua aplikasi kelola sampah yaitu Octopus yang merupakan aplikasi kelola sampah daur ulang dari sumber ke industri daur ulang, serta Greeny yang merupakan platform online yang membantu mendistribusikan sampah non-organik dari rumah tangga ke bank sampah.

 

Octopus sendiri sudah beroperasi di Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bogor, Kota Depok, dan Kota Bekasi. Sedangkan Greeny beroperasi di Kota Bandung, Kota Cimahi, dan Kabupaten Bandung.

 

Dalam paparannya, Setiawan juga menekankan bahwa pengelolaan sampah harus dilakukan secara kolaboratif, terutama secara pentahelix melibatkan akademisi, pelaku usaha, masyarakat, pemerintah, dan media massa.

 

Sementara itu, dalam sambutannya, Sandi, Ketua CPMU ISWM mengatakan, untuk pengelolaan sampah yang optimal dibutuhkan ekosistem yang mendukung yang setidaknya meliputi 4 aspek penting yaitu, kelembagaan, pendanaan, teknis, dan regulasi.

 

Kemudian, pada kesempatan yang sama, Ervan Maksum, Staff Khusus, Kementerian PPN/Bappenas mengatakan bahwa setiap daerah wajib melakukan pengelolaan sampah yang baik dan berkelanjutan, terlebih saat ini sampah sudah menjadi salah satu tantangan lingkungan yang harus segera diatasi, karena berpotensi menyebabkan sejumlah permasalahan.

 

"Saat ini pemerintah sendiri melalui sejumlah Kementerian diantaranya Bappenas, Kemendagri, KLHK, Kemen PUPR, dan Kemenkomarves, bersama delapan pemerintah daerah di DAS Citarum tengah bersama-sama menjalankan program ISWM guna mewujudkan pengelolaan sampah yang lebih baik," pungkasnya.

 

Disisi lain pada sesi talkshow PT. Reciki, Pemda Banyumas, dan PT. Solo CMPP memaparkan sejumlah opsi teknologi yang telah berhasil diimplementasikan di sejumlah daerah.

 

Seperti diketahui Reciki merupakan perusahaan pengelolaan sampah yang menerapkan sistem MRF yang dirancang sendiri untuk memilah sampah kota agar lebih efisien dengan memaksimalkan jumlah sampah untuk di daur ulang, sehingga mengurangi volume timbunan.

 

Kemudian, inovasi yang dilakukan Pemda Banyumas yaitu dari sisi hulu, masyarakat telah di fasilitasi dengan aplikasi Sampah Online Banyumas (Salinmas) untuk pemilahan sampah organik dan Ojeke Inyong (Janknyong) untuk sampah anorganik. Kemudian, Banyumas juga menjalin kolaborasi dengan beberapa perusahaan, termasuk melakukan budidaya maggot, dan juga memproduksi kompos, serta mengolah sampah plastik menjadi bijih plastik.

 

Sementara itu, PT. Solo CMPP mengolah sampah menjadi briket dengan menggunakan teknologi RDF yang melalui proses pemilahan-> bio activator-> bio drying-> pencacahan-> pencetakan-> kemudian menjadi bricket biochar. Melalui proses ini diperkirakan dalam waktu 10 tahun sampah lama di wilayah Kota Surakarta akan habis.