Hindari 'Bom Waktu, Baubau Luncurkan GERABA MAKESA

BAUBAU — Minggu, 14 Oktober 2018

Bertepatan dengan rangkaian HUT kota, Minggu (14/10), Pemerintah Kota Baubau meluncurkan Gerakan Baubau 'Mari Kelola Sampah' atau Geraba Makesa. Gerakan yang diinisiasi Pokja Sanitasi Kota Baubau ini menjadi respon atas darurat kondisi persampahan di kota pelabuhan Provinsi Sulawesi Tenggara tersebut.

Menurut data Kinerja Pengelolaan Sampah dari Dinas Lingkungan Hidup (LH), berdasarkan jumlah penduduknya, Kota Baubau idealnya memproduksi timbulan sampah tak lebih dari 64,4 ton/hari. Akan tetapi, sebagai kota pelabuhan transit dari Barat ke Timur dan sebaliknya, Baubau seringkali mendapatkan sampah 'kiriman' dari kapal-kapal yang singgah.

Diperkirakan oleh Dinas LH, timbulan sampah per harinya dari kapal-kapal ini mencapai 3 ton. Namun, angka ini hanyalah sebagian kecil dari total timbulan sampah Kota Baubau yang mencapai 118,7 ton/hari. Dengan kapasitas TPA yang hanya mampu menampung timbulan sampah sebanyak 80 ton/hari, kebutuhan akan adanya langkah-langkah pengurangan sampah pun kian mendesak.

"Tentunya ini menjadi bom waktu untuk Baubau," ujar Wakil Walikota Baubau La Ode Ahmad Monianse, dalam sambutannya di peluncuran Geraba Makesa. "Butuh kerja nyata bersama dari seluruh stakeholders di daerah."

Geraba Makesa pun hadir dengan semangat menggalang kesadaran dan merangkul partisipasi berbagai pihak. Menurut bahasa setempat, 'Makesa' juga berarti 'Cantik'. Sebagai bagian dari upaya merawat dan mempercantik lingkungan, Geraba Makesa dibuka dengan rangkaian jalan santai sembari memungut sampah di area Pantai Kamali. Dari kegiatan jalan yang diramaikan berbagai kalangan masyarakat itu, terkumpul lah 200kg sampah. Melalui kegiatan ini, Pokja Sanitasi Kota Baubau sekaligus memperkenalkan salah satu dari empat program prioritas Geraba Makesa. Yakni, mewujudkan kawasan publik bebas sampah.

"Tanggung jawab kebersihan ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi tanggung jawab masyarakat secara keseluruhan," tegas Kepala Dinas LH Kota Baubau Sunarto Lanae. "Ini kan baru pertama kali kita pakai nama gerakan. Kita harapkan ini cikal bakal untuk bisa berkembang di tingkat kecamatan dan kelurahan juga."



Selain berupaya menanamkan pentingnya menjaga kebersihan, kegiatan ini turut memperlihatkan bagaimana sampah dapat bernilai ekonomis. Pasalnya, 200 kg sampah yang terkumpul tersebut akan disumbangkan melalui bank sampah induk ke Masjid Raya Kota Baubau.

Masih dalam rangka membumikan nilai ekonomis dari sampah, Geraba Makesa turut memasarkan produk-produk daur ulang dari 5 KSM TPS-3R setempat kepada masyarakat luas. Dalam gelaran bazaar sepanjang Minggu (14/10) pagi itu, hampir seluruh produk dari 5 KSM tersebut laris terjual.

Tentunya, peluncuran ini hanyalah tahap awal dari keseluruhan Geraba Makesa. Ke depannya, Pokja Sanitasi Baubau akan mendorong penerbitan sejumlah kebijakan yang mendukung Geraba Makesa. Di antaranya, Perwali Gerakan Baubau Makesa, SK Walikota untuk Kawasan bebas Sampah, Instruksi Walikota untuk Rencana Aksi, serta revisi Perda no. 6/2009 tentang Pengelolaan Kebersihan. Adapun Perda tersebut direvisi dalam rangka mendukung program 'OTT Sampah Online', yakni sanksi atas perilaku buang sampah sembarangan di ruang publik.

"Dalam rangka OTT buang sampah, untuk melakukan denda harus ada perda. Sementara ini kita revisi dulu Perda-nya, baru nanti kita sosialisasikan itu," jelas Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Suarmawati.

Di samping paket kebijakan, Geraba Makesa turut menjalin kerjasama dengan penyedia jasa seperti hotel & mall lewat penandatanganan MoU. Hotel Callista, misalnya, menyatakan kesediaannya untuk membeli sandal hotel hasil daur ulang, serta memajang produk-produk bank sampah di area hotel. Sementara itu, Lippo Plaza turut berkomitmen menyediakan lapak untuk pemasaran produk-produk hasil TPS-3R.

Per Februari 2018, Kota Baubau tercatat memiliki tingkat penanganan sampah sebesar 38,61% dari target 80% dan tingkat pengurangan sampah sebesar 4,09% dari target 20%.


***