Kolaborasi Untuk Pengelolaan Sampah Berkelanjutan

Hari ini (30/5/2022), USAID bersama dengan Bappenas dan Pemerintah Kota Makassar mengadakan kegiatan peluncuran kegiatan Clean Cities Blue Ocean (CCBO) yang bertujuan untuk mendukung manajemen persampahan di perkotaan, serta mencegah sampah untuk kota dan laut yang lebih bersih. Hal ini tentunya sejalan dengan target yang telah ditetapkan Pemerintah dalam RPJMN 2020-2024 yaitu mencapai 80% penanganan dan 20% pengurangan sampah di perkotaan.
 
Dalam sambutannya, Tiene Gunawan, Direktur CCBO Indonesia, menyatakan bahwa peluncuran CCBO di Kota Makassar yang dilaksanakan pada 30-31 Mei 2022 di Hotel Four Points ini merupakan upaya kolaborasi yang dilakukan oleh Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) bersama dengan Pemerintah Indonesia melalui Kementerian PPN/Bappenas untuk mendukung Pemerintah Kota Makassar dalam meningkatkan sistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan, termasuk dalam menciptakan kota dan laut yang bebas sampah.
 
"Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat, khususnya kepada para kementerian yang terlibat atas arahan dan masukannya kepada program kami. Selain itu, ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Pemerintah Kota Makassar atas kolaborasinya dalam menjalankan program CCBO selama 2,5 tahun ke depan. Semoga semua kolaborasi ini dapat menghasilkan hasil yang baik," ucapnya.
 
Sementara itu, Jon Angin, Chief of Party CCBO, pada video sambutannya, mengungkapkan, pihaknya sangat merasa terhormat bisa menjalankan program ini bersama dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah di tiga kota di Indonesia, yaitu Kota Semarang, Kota Ambon, dan Kota Makassar untuk sama-sama mencapai target 100% pengelolaan sampah pada tahun 2024 mendatang.
 
"Kami merasa kolaborasi ini merupakan cara efektif dalam mengatasi berbagai tantangan pengelolaan persampahan, termasuk dalam menanggulangi polusi sampah plastik di laut. Harapannya keterlibatan CCBO pada tiga kota ini dapat mencapai pengelolaan sampah yang berkelanjutan," katanya.
 
Jon menambahkan, terpilihnya Kota Makassar menjadi salah satu kota dampingan adalah karena Kota Makassar merupakan salah satu kota pesisir terbesar di Pulau Sulawesi. "Makassar juga dipilih karena lingkungan dan ekonominya. Ada potensi besar yang kota ini miliki, ditambah juga ada pertumbuhan populasi dan volume timbunan sampah yang cukup besar," jelasnya
 
Menurut Jon, CCBO yang dimulai secara global pada tahun 2019 merupakan program 5 tahunan yang dilaksanakan di 7 negara dengan fokus utama mengurangi sumber polusi dalam kota dan di laut yang dilaksanakan melalui berbagai pendekatan, yaitu memberikan dukungan kepada pemerintah, mendorong perubahan perilaku, menjalin kemitraan dengan berbagai pihak, memastikan kesetaraan gender, dan juga melakukan promosi 3R dan penguatan pasar.
 
"Dalam kegiatan peluncuran dan diskusi selama 2 hari ini di Kota Makassar, kita akan mengulas semua upaya dan apa langkah kerjasama jitu yang akan dilakukan untuk mencapai perubahan yang positif," ujarnya.
 
Selanjutnya, pada kesempatan yang sama, Helmi Budiman, Kepala Bappeda Kota Makassar, menjelaskan sebagai kota pesisir, Makassar tentunya memiliki beragam tantangan di sektor persampahan, diantaranya terkait jumlah volume sampah yang mencapai 1.000 ton per hari, dimana sekitar 88% dibawa ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dan sekitar 10% telah berhasil diolah.
 
"Dengan kata lain, ada sekitar 2% sampah yang belum terkelola. Belum lagi, sebagai daerah pesisir ada 36 kilometer garis pantai di Makassar yang berpotensi mengalami pencemaran sampah. Melihat tantangan ini, tentunya kolaborasi semua pihak sangatlah dibutuhkan.  Terlebih tanggung jawab pengelolaan sampah bukan hanya miliki pemerintah semata, melainkan merupakan urusan bersama," tuturnya.
 
Menurut Helmi, terjalinnya kolaborasi dari semua pihak dalam pengelolaan sampah ini diharapkan dapat mencapai visi misi menjadikan Kota Makassar sebagai daerah yang kota dan lautnya bersih dari pencemaran sampah dan plastik.