Menelusuri Kondisi Sanitasi Jawa Barat


Kunjungan pertama yaitu, ke lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal di Desa Cirengit, Cangkuang, Kabupaten Bandung. Dari hasil pantauan di lokasi, bangunan IPAL dibuat menyerupai balai perkumpulan warga yang di dalamnya terdapat 12 lubang bulat yang bertuliskan KSM Mandiri Desa Tanjung Sari yang berfungsi sebagai lubang kontrol dan pembersihan IPAL.

 

Menurut Endang Rojak, salah satu anggota KSM, bahwa pihaknya sangat bersyukur bahwa telah ada IPAL yang dibangun di wilayahnya, sehingga membuat lebih bersih dan sehat, perbedaan yang sangat signifikan adalah saat ini sudah tidak banyak lalat yang ada di wilayah desanya. "Dulu selagi belum ada IPAL dan banyak warga yang buang limbah dan tinja ke selokan, kebun, dan sawah, wilayah permukiman disini kerap dipenuhi lalat," terangnya.

 

Saat ini, setidaknya telah ada 50 Kepala Keluarga (KK), dengan iuran Rp. 5 ribu/KK yang digunakan untuk biaya operasional dan perawatan. Kata Endang, IPAL komunal ini dibangun atas dukungan dana DAK Sanitasi Tahun 2021, dimana proses pembangunannya dilakukan oleh para warga dengan memakan waktu mulai dari September 2021 sampai Desember 2021.

 

Lokasi kunjungan selanjutnya adalah mengunjungi ke TPST Mekar Rahayu yang rencananya akan rampung pada September 2022 ini. TPST yang dibangun di lahan BBWS Citarum ini nantinya akan mengelola 20 ton sampah per hari dengan cakupan wilayah sekitar 3 kilometer dari lokasi.

 

Pada kegiatan kunjungan lapangan, disampaikan juga bahwa perkiraan biaya operasional per bulan untuk bisa mengelola 20 ton sampah di TPST Mekar Rahayu adalah sekitar Rp 200 juta. Sebagai upaya pendampingan, dalam 10 bulan kedepan pengelolaan TPST akan didampingi oleh program ISWM.

 

Kunjungan selanjutnya, yaitu tim dari Bappenas, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian PUPR, dan Bappeda Bandung mengunjungi Rumah Kompos Batununggal Indah (BTI), Kota Bandung. Dalam 1 bulan rumah kompos ini bisa menghasilkan 40-60 karung kompos ukuran 16 kilogram. Kompos yang dihasilkan kemudian dijual dengan harga 15-25 ribu/karung. Rumah kompos yang dibangun sejak 2018 ini merupakan hasil kerjasama antara pemerintah kota Bandung dengan Ikatan Warga Batununggal Indah (IWABI).

 

"Seiiring makin meningkatnya kepedulian, kini sudah ada 6 dari 11 cluster yang warganya telah tergabung sebagai anggota, dimana dalam 1 cluster setidaknya terdapat 250 rumah." terang Deti Yulianti, perwakilan Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung.

 

Bukan hanya menghasilkan kompos organik, sejak awal tahun 2022,  Rumah Kompos Batununggal Indah juga mulai melakukan ujicoba budidaya magot untuk mempercepat proses pengomposan.

 

Bayu, Ketua IWABI menyampaikan, hingga saat ini pihaknya masih terus melakukan advokasi dan kampanye kepada warga di wilayah cluster Batununggal Indah agar semakin banyak lagi warga yang terlibat dalam upaya pemilahan sampah.

 

Untuk memasarkan hasil, sejak tahun 2021 Rumah Kompos BTI juga telah menjalin kerjasama dengan sejumlah perusahaan atau perkebunan untuk mengelolah sampah organik mereka yang kemudian hasilnya dijadikan kompos dan dijual kembali ke perusahaan tersebut dengan harga yang sedikit lebih murah dari yang dijual kepasaran. "Untuk mitra kami, harga perkarung kompos yang dijual yaitu Rp 15 ribu, sedangkan diluar mitra kami menjual Rp 25 ribu/karung," jelasnya

 

Kunjungan selanjutnya, adalah TPS3R Maleer,  KPP Saling Asih, Kota Bandung. TPS3R yang dibangun pada 2019 ini telah melayani 782 KK dari RW 9 dan RW 11. Sebagai upaya pemilahan dari sumber, setiap warga diberikan ember penampungan sampah organik yang setiap dua hari sekali akan diambil pengelola KSM untuk diolah menjadi kompos.

 

Galuh, anggota KPP Saling Asih, mengatakan bahwa dalam melakukan sosialisasi pentingnya pemilahan sampah dari sumber kepada masyarakat Maleer, pihaknya selalu melibatkan para tokoh masyarakat. "Hasilnya sosialisasi yang kami lakukan disambut positif oleh warga, dan ke depannya kami juga berencana untuk memperluas cakupan pelayanan sampah ke RW lainnya," ucap Galuh.

 

Lokasi kunjungan terakhir yaitu, TPST Cicukang Holis yang rencananya akan mulai beroperasi pada 18 Agustus 2022 dengan kapasitas 10 ton sampah per hari yang nantinya akan diolah menjadi pellet briket. Menurut pengelola, sumber sampah yang akan diolah berasal dari 4 pasar yang ada di sekitar daerah Cicukang Holis dengan kuota 60% organik dan 40% anorganik.

 

"Sama seperti TPST Mekar Rahayu, dalam 10 bulan ke depan pengelolaan TPST ini juga akan di dukung oleh program ISWM. Sekedar informasi, besaran biaya operasional TPST untuk 10 ton sampah diperkirakan mencapai Rp 485 juta," jelas Deti, Deti Yulianti, perwakilan Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung.