Perkuat Strategi Pengelolaan Sampah, Pemerintah Pusat dan USAID CCBO Kunjungi Kota Makassar

USAID Clean Cities, Blue Ocean (CCBO) bersama dengan perwakilan dari Pemerintah Pusat melaksanakan kegiatan misi bersama Pemerintah Kota Makassar yang diselenggarakan pada tanggal 18-19 Agustus 2022. Kegiatan misi ini bertujuan untuk mengobservasi langsung isu pengelolaan sampah di Kota Makassar, serta praktik- praktik baik yang telah dilakukan dalam menangani permasalahan sampah yang ada.
 
Rangkaian kegiatan hari ini dibuka oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar, Ariaty Puspa Abadi atau yang akrab disapa Puspa. Dalam paparannya, Puspa menyampaikan harapannya agar diskusi hari ini dapat mengidentifikasi tindakan dan kebutuhan untuk meningkatkan kinerja tata kelola persampahan di Kota Makassar, “Saat ini, kami secara masif fokus mengelola sampah dari sumber, agar nantinya tidak semuanya dialirkan ke TPA. Selain sampah plastik, kami juga fokus untuk mengelola sampah organik/ food waste yang jumlahnya mencangkup 55% dari seluruh total sampah di Makassar” jelasnya. Puspa menyampaikan harapannya agar program kolaborasi dengan USAID CCBO ini dapat menjadi pilot project untuk kedepannya.
 
Melanjutkan pembukaan dari Puspa, lembaga penerima hibah USAID CCBO yang terpilih di Kota Makassar ,Yayasan Lestari Mulia (YLM), diwakili oleh Muhammad Jaya menyampaikan bahwa mereka sudah berpengalaman bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup untuk membantu pengelolaan sampah di Kota Makassar melalui pembangunan bank sampah di sekolah. “Sebagai langkah awal implementasi program USAID CCBO kedepannya, kami sedang melakukan penilaian awal di 4 TPS3R di Kota Makassar, dan selanjutnya kami akan membantu melakukan riset lebih lanjut dan melakukan intervensi kepada masyarakat” jelas Jaya.
 
Selanjutnya YLM juga menyampaikan bahwa mereka akan melakukan fasilitasi dan pendampingan kepada pengelola TPS3R untuk memastikan keberlanjutan, serta bagaimana masyarakat dapat ikut serta dalam pengelolaan sampah.
 
Memasuki sesi berikutnya, perwakilan dari USAID CCBO Indonesia, Rolan Sihombing, menyampaikan hasil dari Solid Waste Capacity Index for Local Government (SCIL) di Kota Makassar yang mencankup 6 indikator utama yaitu, perencanaan, manajemen keuangan, pelayanan, sumber daya manusia, dan keterlibatan masyarakat. Secara garis besar, Kota Makassar baru mencapai 58% kapasitas yang ada. “Dari hasil yang ada, bisa dilihat bahwa dalam pengelolaan sampah di kota Makassar sudah ada diatas kapasitas dasar, namun masih dibutuhkan kapasitas tambahan untuk memastikan sistem pengelolaan sampah yang lebih baik” jelasnya.
 
Menanggapi hasil penilaian yang disampaikan, Puspa menyatakan bahwa kedepannya akan dilakukan beberapa langkah tindak lanjut, seperti revisi rencana induk persampahan, revisi regulasi dan kebijakan yang sudah ada, peningkatan kesadaran masyarakat, sampai ke pengalokasian anggaran untuk pengelolaan sampah.
 
Belajar Langsung dari Pengelola Sampah di Lapangan
Setelah berdiskusi dengan pemerintah daerah, tim kunjungan melanjutkan misi ke TPS3R Darul Aman dan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Tamangapa untuk melihat proses dari pengelola layanan di lapangan.
 
Ismail, penanggungjawab TPS3R Darul Aman yang telah beroperasi sejak tahun 2006 ini baru dapat melayani 1 RW yang terdiri dari 400 KK. Namun dikarenakan keterbatasan kapasitas tempat, maka hanya 125 KK saja yang dapat terlayani. Jadwal pengambilan sampah di rumah warga dilakukan setiap hari dari pukul 6 sampai 11 pagi. Menurut Ismail, yang menjadi tantangan adalah sampah belum terpilah di tingkat rumah tangga, sehingga pada saat sampai TPS3R, dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk memilah kembali sampah. TPS3R Darul Aman sebenarnya sudah memiliki mesin pemilah sampah/conveyor, namun sudah tidak beroperasi lagi karena biaya listrik yang cukup tinggi.
 
“Untuk pemasukan TP3R dari iuran/ retribusi warga bisa mencapai 11 juta per bulan, namun terkadang itu tidak cukup untuk membayar biaya operasional dan gaji pekerja, sehingga saya mau tidak mau harus menanggung kekurangan biaya. Iuran/retribusi, dipungut adalah Rp 25.000,-/KK setiap bulan, namun untuk sekolah, toko atau pesantren biasa membayar lebih” ungkapnya.
 
Setelah melakukan kunjungan ke TPS3R, tim melanjutkan perjalanan ke TPA Tamangapa. TPA dengan luas sekitar 16,8 hektar ini sudah beroperasi sejak tahun 1992. Kepala TPA Tamangapa, Narsun menyampaikan bahwa satu-satunya TPA di Kota Makassar ini dibagi ke dalam dua zona utama dan beroperasi 24 jam. “Setiap harinya kami menerima kurang lebih 700 ton sampah” jelas Narsun.
 
Sampah yang belum terkelola dan terpilah menumpuk sampai setinggi 60 meter dalam satu gundukan “Saat ini kapasitas TPA sudah hampir penuh, tersisa sekitar 10% area dari total lahan. Harapan saya, agar bisa ada teknologi dari pemerintah yang dapat mengelola sampah yang ada, tidak hanya menambah lahan TPA” jelas Ismail.
 
Hasil kunjungan di kedua tempat ini memberikan wawasan baru bagi pengelola program USAID CCBO dan juga pemerintah pusat untuk memperkaya strategi implementasi program dalam dua tahun mendatang. Kegiatan misi di kota Makassar dilanjutkan dengan audiensi dengan Walikota Makassar, Ramdhan Pomanto esok harinya.