Semua Sekolah Harus Miliki Layanan Sanitasi Aman dan Berkelanjutan

Begitulah kiranya tujuan pelaksanaaan kegiatan Pertemuan Rutin UKS/M Asia Pasifik Tahun 2022 yang beberapa waktu lalu diadakan secara hibrid di Hotel Four Points, Jakarta (1-2/8/2022).
 
Sejak 2012, Indonesia memang telah berperan aktif menjadi bagian dari Wash In School International Learning Exchange (WinS ILE) yang merupakan pertemuan pertukaran pembelajaran rutin yang diadakan setiap tahun oleh 0rganisasi menteri pendidikan se- Asia Tenggara (SEAMEO). Selain memperkuat komitmen menyediakan akses air minum, sanitasi, dan kebersihan yang aman dan berkelanjutan di sekolah, kegiatan Wins ILE ke-9 kali ini juga dilaksanakan sebagai bagian dukungan dan tindak lanjut dari implementasi Gerakan Sekolah Sehat.
 
Dalam sesi pembukaan, Ketua Pokja Regulasi dan Tata Kelola Satuan Pendidikan, Direktorat SD, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Minhajul Ngabidin, menjelaskan, air minum, sanitasi, dan kebersihan telah terbukti memiliki kontribusi positif terhadap kesehatan, pendidikan, serta martabat anak. Terkait itu, keberadaan layanannya harus dipastikan untuk dapat di akses oleh semua.
 
Menurutnya, sebagai salah satu upaya konkrit untuk menyediakan layanan sanitasi aman dan berkelanjutan di lingkungan sekolah, dalam setiap pertemuannya, WinS ILE selalu melibatkan berbagai pihak terkait, mulai dari pemerintah, organisasi internasional, lembaga penelitian, hingga para mitra pembangunan.
 
"Di Indonesia WinS ILE telah menjadi salah satu elemen penting dalam peningatan kualitas pendidikan dan kesehatan anak. Berangkat dari itu, kami selalu melibatkan banyak pihak juga dapat pelaksanaannya. Tujuannya tidak lain untuk bisa masukan sekaligus dukungan untuk dapat mewujudkan akses sanitasi sekolah yang layak, aman, serta berkerlanjutan," terangnya.
 
Berdasarkan data Kemendikbudristek, saat ini kondisi sanitasi di sekolah terus menunjukkan perbaikan, dimana sebanyak 28% satuan pendidikan telah memiliki akses pada semua layanan dasar yang mencakup air, sanitasi, dan kebersihan. Kemudina, 3 dari 4 satuan pendidikan pada semua jenjang atau sekitar 303.704 telah memiliki fasilitas cuci tangan dengan air mengalir dan sabun.
 
Kendati demikian, nyatanya tetap maish ada tantangan yang harus diselesaikan, karena masih terdapat 3,1 juta anak Indonesia yang belum mendapatkan akses air minum layak, dan  sebanyak 8,9 juta belum mendapatkan akses sanitasi layak.
 
Kondisi ini tentunya, perlu terus ditingkatkan, terlebih pada tahun 2030 mendatang Indonesia telah berkomitmen untuk menyediakan akses air minum dan sanitasi aman untuk semua. "Pada WinS ILE ini kita semua akan berdiskusi berbagai isu seputar penyediaan layanan akses air minum, sanitasi, dan kebersihan di sekolah. Selain itu, kita juga akan difasilitasi untuk menyepakati faktor penghambat, penyebab, dan juga upaya yang dapat untuk mempercepat capaian sanitasi sekolah," tambah Minhajul.
 
Disisi lain, dalam sesi diskusi, para peserta sepakat bahwa setidaknya terdapat lima komponen yang harus selalu dipastikan dan diperhatiakn untuk mencapai akses sanitasi di sekolah yang lebih baik, yaitu, pertama adanya peraturan dan perencanaan, kedua pendanaan dan kebijakan, ketiga monitoring dan evaluasi, keempat pelaksaan yang teratur, dan kelima yaitu pengembangan kapasitas.
 
Kemudian, pada sesi penutupan, Koordinator Bidang Sanitasi, Direktorat Perumahan dan Kawasan Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas, selaku Ketua Jejaring AMPL, Laisa Wahandunin mengungkapkan, Indonesia sangat optimis untuk bisa mencapai akses sanitasi aman dan berkelanjutan untuk semua.
 
 "Untuk itu, melalui kegiatan ini kami mengajak semua pihak terkait untuk bisa bersinergi dan berkolaborasi bersama. Peran dan dukungan dari semua pihak tentunya akan sangat berati, jadi mari bersama-sama mencapai akses sanitasi aman dan berkelanjutan untuk generasi penerus yang lebih sehat dan berkualitas," pungkasnya.