Wrap Up Program PAMSIMAS: Air Milik Kita Bersama!

Menuju berakhirnya program PAMSIMAS yang telah hadir selama 13 tahun di Indonesia, Kementerian PUPR sebagai salah satu kementerian pengampu program mengadakan perhelatan akbar “Wrap Up Program PAMSIMAS, Air Milik Kita Bersama” pada hari Senin (29/08). Kegiatan yang turut mengundang perwakilan kementerian/lembaga serta pegiat air minum dan sanitasi ini dilakukan secara hybrid di Auditorium Kementerian PUPR.
 
Kegiatan dibuka oleh sambutan dari Direktur Air Minum, Kementerian PUPR, Anang Muchlis. Dalam paparannya, Anang menyampaikan apresiasinya atas capaian program PAMSIMAS untuk membantu percepatan akses air minum dan sanitasi, “Semua target indikator program PAMSIMAS telah terlaksana di 35.928 desa dan kelurahan. Sudah terbangun 4,4 juta sambungan rumah dan juga 12.189 sarana air minum dan sanitasi sekolah yang ramah disabilitas,” jelasnya.
 
Hal yang serupa juga disampaikan oleh Operation Manager World Bank, Timor Leste dan Indonesia, Bolormaa Amgaabazar yang mengapresiasi komitmen yang kuat dari pemerintah Indonesia dalam mempercepat layanan akses air minum dan sanitasi. Terkait hal ini, Bolormaa berpendapat bahwa komitmen yang sudah baik harus didukung dengan kolaborasi dari seluruh pihak.
 
“Perlu banyak upaya kolaborasi dari seluruh pihak, untuk mendukung target-target nasional, khususnya untuk sektor air minum dan sanitasi. Hal ini tidak dapat dicapai apabila pemerintah bekerja sendiri, karena kebutuhan investasi sangat besar. Tidak hanya infrastruktur, tapi bagaimana memenuhi operasional untuk pembangunan yang berkelanjutan,” jelas Bolormaa.
 
Sesi sambutan dilanjutkan oleh Minister-Counsellor – Economic, Investment and Infrastructure Branch, Australian Embassy, Jakarta, Tim Stapleton. Dalam sambutannya, Tim berharap agar manfaat baik yang dihasilkan dari program PAMSIMAS dapat terus berlanjut, “Saya berharap pengalaman pengetahuan dan pembelajaran program pamsimas dapat bermanfaat untuk selanjutnya, karena kedepan tantangan akan lebih besar, salah satunya yaitu dampak perubahan iklim,” pungkasnya.
 
Kemudian, sesi sambutan ditutup oleh Sekretaris Jenderal, Kementerian PUPR, Ir. Mohammad Zainal Fatah yang menyampaikan harapannya pada program yang telah berhasil memberikan akses air minum layak ke 24,4 juta jiwa, serta akses sanitasi layak ke 16,4 juta jiwa.
“PAMSIMAS menjadi tonggak sejarah bagi pembagian air dan sanitasi di indonesia dengan konsep melibatkan masyarakat. Data dari Indonesia Water Institute tahun 2021 mencatat bahwa selama pandemi, kebutuhan air untuk cuci tangan meningkat lima kali lipat, sehingga hal ini menjadi tantangan untuk kita semua untuk pemenuhan air minum. Hal ini menunjukan bahwa kedepannya pembangunan infrastruktur yang memadai harus terus dapat diupayakan dengan mengambil pembelajaran dari PAMSIMAS,” jelasnya.
Pada kesempatan ini, Kementerian PUPR juga meluncurkan aplikasi SIMAMAD (Sistem Informasi Manajemen Air Minum Aman Desa) yang bertujuan untuk memantau kinerja dari dari SPAM BM (Sistem Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat). Aplikasi ini menjadi salah satu bentuk nyata upaya pemerintah untuk memastikan keberlanjutan dari manfaat program PAMSIMAS.
Suara Dari Pengelola Program di Lapangan
 
Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan talkshow berbagi pengalaman antara pengelola program PAMSIMAS di tingkat pemerintah pusat sampai ke masyarakat. Talkshow yang dimoderasi oleh Andi F Noya ini, menghadirkan Direktur Jenderal Cipta Karya, Kementerian PUPR, Ir. Diana Kusumastuti. Dalam diskusi yang berlangsung, Diana menyampaikan bawah pendanaan dalam bentuk loan pada program PAMSIMAS sudah berakhir, sehingga kedepannya sumber pendanaan hanya dari APBN saja. Namun, seperti yang disampaikan oleh Bolormaa sebelumnya, jika hanya bergantung pada APBN saja, maka tidak akan cukup, sehingga perlu bantuan juga dari pihak-pihak lain seperti dari sektor swasta.
 
Selain menyoal tentang keberlanjutan, Diana juga menyampaikan beberapa tantangan program PAMSIMAS selama 13 tahun ini. Salah satu yang utama adalah memastikan agar masyarakat dapat terlibat aktif, serta dapat mengoperasionalkan program dengan baik, sehingga manfaat dapat terus dirasakan.
 
Melihat dari sudut pandang pengelola program, Andi F Noya kemudian mengundang tiga perwakilan masyarakat yang secara langsung mengelola program PAMSIMAS di desa masing-masing. Cerita pertama datang dari Ketua KPSPAMS Tirto Langgeng, Desa Purwodadi, Kab. Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, Gunadi yang menceritakan bahwa sebelum adanya program PAMSIMAS di tahun 2009, masyarakat terpaksa menggunakan jerigen untuk mengambil air ke sungai yang cukup kotor dan seringkali sungai kering sehingga masyarakat membuat embung sebagai alternatif sumber air. Sedangkan, jika membeli air bersih, harga yang dipatok cukup tinggi yaitu 50 sampai 70 ribu per 1000 liter.
 
“Hal ini berimbas pada kesehatan masyarakat. Namun setelah program PAMSIMAS masuk, kami mendapat bantuan sekitar 375 juta untuk membangun sumur bor dan perpipaan. Selanjutnya, di tahun 2012 melalui bantuan HID kami mendapat tambahan 250 juta untuk membantu pembangunan sarana akses air minum dan tahun 2021 mendapat bantuan HID MAMA untuk mengembangkan sambungan rumah. Saat ini kami sudah memenuhi 100% akses air minum layak dengan 600 Sambungan Rumah (SR),” jelas Gunadi.
 
Cerita menarik lainnya juga datang dari Sekretaris KPSPAMS Tirta Melati, Desa Melaten, Kab. Demak, Jawa Tengah, Suroto yang mengaku sempat dikomplain warga setelah program PAMSIMAS baru berjalan selama 10 hari. Warga khawatir program PAMSIMAS dapat menggantikan sumur artetis yang sudah ada dan biasa digunakan. Pasalnya, tidak semua warga dapat menggunakan sumur tersebut, khususnya untuk masyarakat kecil, karena untuk membangun satu sumur saja diperlukan biaya hampir 10 juta rupiah. Kondisi ini yang mendorong Suroto untuk tetap menjalankan program PAMSIMAS di desanya, agar seluruh warga bisa mendapatkan akses air.
 
“Tentunya dibutuhkan aksi nyata dan kesabaran untuk mengedukasi masyarakat agar mengerti tentang pentingnya akses air. Setelah proses yang panjang, akhirnya 11 tahun kemudian kami sudah memiliki 9 tower air yg melayani 1770 SR, dengan iuran masyarakat perbulan mencapai 36 sampai 37 juta. Kami juga sudah berhasil ODF pada tahunan 2018,” jelas Suroto.
 
Cerita terakhir datang dari Perwakilan Unit Teknis KPSPAMS, Desa Dadi Harja, Kab. Ciamis, Jawa Barat, Giri Ridwan. Dalam paparannya, Giri menyampaikan bahwa program PAMSIMAS yang sudah hadir di desanya sejak tahun 2018 ini, telah berhasil membangun sekitar 300 SR. Namun, jarak antar rumah warga yang cukup jauh menjadi tantangan sendiri bagi Giri untuk membangun sambungan tambahan. Hal ini tentunya tidak meredupkan semangat dan komitmen Giri untuk terus berupaya membantu agar seluruh warganya mendapatkan akses yang sama, “Kedepannya kami ingin menggunakan beberapa sumber mata air tambahan untuk menjangkau 40% warga yang belum mendapatkan akses,” jelasnya.
 
Diskusi kemudian dilanjutkan dan ditutup dengan tanya jawab antara peserta dengan para narasumber, yang salin menyampaikan cerita dan harapannya melalui program PAMSIMAS. Diharapkan program dari ini dapat terus dilanjutkan sehingga manfaat dapat dirasakan oleh masyarakat yang lebih luas.