Berkat Tekad, Kaum Ibu Pulau Semambu Pikat Peluang CSR

OGAN ILIR — Rabu, 21 November 2019

Tidak hanya bermodal proposal, namun juga komitmen untuk menjalani bantuan yang didapatkan. Itulah pembelajaran dari acara Program Pelatihan Daur Ulang Sampah Kertas oleh PLN Distrik Indralaya, bekerjasama dengan Tim Jasa Sampah Online (JSO) Indralaya, saat melatih kaum ibu, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, pada Rabu (21/11) sampai Sabtu (24/11) minggu lalu.

Manager PLN Distrik Indralaya Ir. Hasymi menjelaskan, penyelenggaraan pelatihan ini merupakan bentuk tanggung jawab PLN terhadap lingkungan, sekaligus bentuk komitmen PLN untuk membantu pemerintah dan masyarakat. Secara khusus, JSO dipilih karena keunikannya sebagai Bank Sampah berbasis start-up.

"Melalui pelatihan ini, diharapkan para peserta dapat menggunakan pengetahuan yang dimilikinya untuk mengolah sampah kertas menjadi karya yang bermanfaat secara ekonomis," ujar Hasymi.

Pada hari pertama, sebanyak 20 peserta—yang merupakan nasabah Bank Sampah Indralaya dan pelanggan JSO sekaligus—belajar membuat kertas daur ulang bernilai tinggi dari sampah-sampah kertas. Dengan metode bubur kertas, sampah-sampah kertas yang lazim diproduksi oleh para mahasiswa Universitas Sriwijaya di kawasan Ogan Ilir pun kini dapat dapat dimanfaatkan. Ditaksir, masing-masing lembaran kertas seluas 0,5m2 ini dapat bernilai Rp 100ribu hingga Rp 250ribu di pasaran.

Peserta pelatihan ini adalah kaum ibu Dasa Wisma asal Desa Pulau Semambu. Menurut Mareta, pendiri JSO, hal ini dikarenakan kaum bapak harus bekerja. Di sisi lain, Mareta melihat bahwa aktifnya kaum ibu ini merupakan keuntungan tersendiri untuk kegiatan olah sampah yang membutuhkan keterampilan.

"Namanya pengkaryaan kan ya, butuh keterampilan dan keuletan. Banyakan kalau yang namanya terampil itu, 'kan, biasanya ibu-ibu dan relatif memiliki waktu luang lebih banyak karena tidak bekerja," ujar Mareta.



Lebih lanjut, Mareta menjelaskan, ada alasan khusus di balik terpilihnya Desa Pulau Semambu sebagai target bantuan CSR oleh PLN.

"Bukan sembarang desa yang kita pilih. Tapi kita juga lihat dari keinginan, dari desanya. Dan aku lihat di Semambu, dia punya keinginan besar untuk berubah, atau membuat perubahan," jelas Mareta, yang mulai menjajaki peluang CSR dengan PLN ini sejak awal tahun 2018.

Saat JSO menawarkan kesempatan ini ke Desa Pulau Semambu, kaum ibu hanya punya satu syarat: 'asal tidak ditinggal saja.' Bersama tim JSO, Mareta pun tertantang untuk memenuhi persyaratan ini. Ia mengaku, selama ini memang banyak proyek pengabdian masyarakat yang berjalan tidak sampai setahun dan seringkali berakhir meninggalkan desa dampingan.

Salah satu peserta pelatihan, Neni, mengamini bahwa pendampingan jangka pendek sulit untuk menimbulkan dampak yang berarti.

"Kalau misalkan ngajarinnya Cuma satu minggu, atau dua kali, atau tiga kali, itu enggak usah," ujar Neni, yang bekerja sebagai bidan desa dalam kesehariannya. "Kalau memang aktif terus, itu akan tertanam di otak mereka [ibu-ibu] bahwa 'oh ini jadinya uang', 'oh ini berguna', begitu."

Difasilitasi oleh Bappeda yang merupakan bagian dari Pokja AMPL Kabupaten Ogan Ilir, tim JSO dan pihak PLN sepakat untuk menjalani kerjasama selama 3 tahun ke depan. Berikutnya, PLN turut menjanjikan insentif berupa alat bantu untuk pengelolaan kertas oleh daerah binaan JSO.

Sang pemateri acara dan pelatih pembuat kertas, M. Syafiq dari Banana Paper Bandung, mengaku menerima tawaran ini karena melihat keseriusan dari pihak JSO dan jaminan berkelanjutan. Ia mengaku, selama ini tidak sampai 10% peserta pelatihannya yang betul-betul memanfaatkan ilmunya.

"Kalau hanya sampai di sini, hanya pelatihan saja, saya udah nggak tertarik. Karena selama ini saya ngajarin orang, tapi hanya beberapa yang 'jalan'," ujar Syafiq. "Makanya, saya udah enggak mau lagi main-main. Saya menciptakan orang-orang yang benar-benar komit di situ. Dia mau belajar, dia mau menjalankan apa yang saya sampaikan. Itu, buat saya nilai lebih."

***