Di Konferensi Sanitasi Internasional, Indonesia Hadir Bawa Inisiatif Lokal

CAPE TOWN — Rabu, 20 Februari 2019

Meskipun selama ini kerja sanitasi yang kita lakukan terasa sederhana, bisa jadi ia dipandang unik dan berbeda di belahan lain dunia.

Selasa (19/2) kemarin, di hadapan para pegiat sanitasi internasional, program Amnesti Tangki Septik Bocor (ATSB) dari Kota Bitung dan Kabupaten Muara Enim menjadi kisah sukses akan pemanfaatan norma sosial untuk memicu perubahan perilaku. Sementara itu, kampanye SoBAT dari Kabupaten Soppeng turut menjadi percontohan inisiatif advokasi yang terintegrasi.

Kisah-kisah ini, beserta dengan cerita-cerita sukses dari sejumlah kabupaten/kota lainnya, diboyong Bappenas saat mempresentasikan kerangka Pengelolaan Lumpur Tinja di Indonesia, pada konferensi Fecal Sludge Management (FSM) 5. Tahun ini, konferensi internasional yang digelar oleh Sustainable Sanitation Alliance ('SuSanA') tersebut diadakan di Cape Town, 18-22 Februari 2019.

Lewat sesi Studi Kasus Kota ('City Case Studies'), Bappenas berbagi tentang sukses ATSB, beserta beberapa inisiatif lainnya di bidang pengelolaan lumpur tinja:

  • PELIBATAN SEKTOR SWASTA
    • Penggalangan CSR untuk peningkatan layanan sedot tinja & pembangunan tangki septik di Kabupaten Muara Enim;
    • Kerjasama dengan swasta untuk penyediaan layanan sedot tinja di Kota Bandung & Solo;

  • PEMBAYARAN NON-TUNAI
    • Penggunaan teknologi Electronic Data Capture (EDC) untuk jasa layanan di Kota Bekasi;

  • PEMAKSIMALAN SISTEM BASIS DATA
    • Penggunaan teknologi sensus tangki septik berbasis aplikasi android dan portal web di Kota Makassar dan Gresik;

  • PERUBAHAN PERILAKU LEWAT PEMICUAN SOSIAL
    • Pelibatan masyarakat sipil seperti tokoh agama, para kelompok pemuda dan wanita
    • Pelibatan komunitas agama dan organisasi Zakat
    • Kampanye dan branding perubahan perilaku, seperti 'Tinju Tinja', 'Jihad Sanitasi', ATSB (Kabupaten Muara Enim & Kota Bitung), SoBAT (Kabupaten Soppeng).


Dari sesi ini, terdapat sejumlah poin-poin pembelajaran yang ditekankan:
1) menjadikan Pengelolaan Lumpur Tinja (FSM) berkelanjutan sebagai bagian dari kebijakan nasional,
2) mengincar perubahan yang terukur,
3) komitmen nasional untuk membangun program-program sanitasi skala kota yang inklusif,
4) menyediakan insentif untuk sektor privat, serta
5) membangun kapasitas penyedia layanan FSM.

Bagi kabupaten/kota lainnya, momentum ini pun menjadi lampu hijau untuk terus mengembangkan inovasi bernuansa lokal. Sembari jalan, Pemerintah Daerah dapat turut mengumpulkan dokumentasi dan bukti-bukti keberhasilan agar siap menjadi pembelajaran bagi daerah lain.



Informasi lebih lanjut mengenai FSM 5 dapat dilihat melalui: https://as5fsm5.com/app/ dan http://www.fsm5.susana.org.


***