Hargai Lingkungan, Hargai Toilet

Pemerintah telah menetapkan pemenuhan akses sanitasi aman menjadi salah satu agenda utama pembangunan negara Indonesia, dimana salah satu bentuk upayanya ialah dengan memasukan target capaian akses sanitasi ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 - 2024 yang sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) 2030.

Dilansir dari data Badan Pusat Statistik (BPS), saat ini capaian Indonesia terhadap akses sanitasi ialah 79,5 persen akses layak termasuk di dalamnya 7,6 persen akses aman. Capaian ini tentunya harus terus ditingkatkan melalui kerja bersama antara pemerintah dan masyarakat, dimana peringatan Hari Toilet Sedunia yang jatuh setiap tanggal 19 November dapat menjadi momentum kolaborasi dan juga edukasi bagi masyarakat akan pentingnya akses sanitasi yang aman.

Sehubungan dengan hal tersebut, Kementerian PPN/Bappenas bersama mitra pembangunan WVI, GIZ dan SNV mengadakan serangkaian kegiatan publikasi dan kampanye melalui akun media sosial @rumahairminumsanitasi yang menyasar keterlibatan masyarakat dari semua kalangan. Kegiatan ini dilaksanakan sejak bulan Oktober, dimulai dari lomba foto dan video, rangkaian konten tematik, giveaway challenge dan ditutup dengan Webinar Nasional Hari Toilet Sedunia “Aksi Menuju Masa Depan Sanitasi” yang diadakan secara daring pada hari Senin (29/11).

Kegiatan webinar ini dibuka dengan sambutan dari Koordinator Bidang Sanitasi, Kementerian PPN/Bappenas, Laisa Wahanudin. Dalam paparannya, Wahanudin menekankan akan pentingnya kolaborasi seluruh pihak dalam mewujudkan target akses sanitasi aman, “Diperlukan peran dari banyak stakeholder, karena urusan sanitasi tidak bisa diselesaikan oleh satu Organisasi Perangkat Daerah (OPD) saja, hal ini membutuhkan kerja bersama dari pemerintah pusat sampai ke pemerintah daerah” jelasnya.

Menanggapi yang disampaikan oleh Wahanudin, perwakilan Kementerian terkait lainnya ikut memberikan pendapat melalui diskusi panel pertama yang dimoderasi oleh perencana ahli pertama, Kementerian PPN/Bappenas, Kartika Kusumadewi. Cerita pertama datang dari Direktur Sekolah Dasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Sri Wahyuningsih yang menekankan tentang pentingnya keterlibatan seluruh warga sekolah.

“Edukasi tidak hanya melalui kurikulum di kelas saja, tapi aktivitas di luar jam pelajaran juga penting, keterlibatan peserta didik, orangtua dan masyarakat sekitar dalam mewujudkan sekolah yang bersih dan indah perlu terus ditingkatkan” jelas Sri yang saat ini aktif menggalakan isu sanitasi di sekolah melalui program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan optimalisasi dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Selanjutnya, Direktur Kesehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan, Vensya Sitohang mempertegas perihal kerjasama dan kolaborasi program sanitasi yang ada di sekolah, salah satunya ialah program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) “Tentunya perlu PAMSIMAS perlu dikolaborasikan dengan program sanitasi sekolah dari Kemendikbud melalui UKS, karena sanitasi tidak bisa dikerjakan oleh satu sektor saja” jelas Vensya.

Masih terkait program PAMSIMAS, Kasubdit Perencanaan Teknis, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Dades Priandes menjelaskan bahwa program PAMSIMAS juga mendukung perubahan perilaku untuk di sekolah melalui berbagai kegiatan seperti, pemicuan SBS di sekolah, demonstrasi Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) dan juga kampanye melalui berbagai media, serta monitoring sanitasi sekolah, “Selain perubahan perilaku, kami juga melakukan pembangunan sarana di tempat umum, seperti pembangunan jamban, dan tambahan sarana CTPS yang diperlukan pada saat COVID-19 seperti saat ini” jelasnya.

Selain dari pemerintah pusat, para pelaku daerah juga turut mengambil peran dalam mengarusutamakan sanitasi aman baik di rumah tangga ataupun di sekolah. Cerita ini mereka bagikan melalui diskusi panel sesi kedua yang dimoderasi oleh perencana ahli pertama, Kementerian PPN/Bappenas, Armaftirani. Cerita dimulai dari Kepala Sekolah SD Oekamusa, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Yublina A. Tahun.

“Untuk meningkatkan kesehatan masyarakat sekolah, kami juga turut libatkan peran murid melalui manajemen sanitasi sekolah, yaitu dengan program dokter kecil dan laskar jentik. Kami memilih murid murid berprestasi, karena mereka akan menjadi teladan kebersihan untuk teman-temannya” cerita Yublina.

Cerita menarik lainnya juga datang dari Kepala Sekolah SD IT Darul Abror, Kabupaten Batu Bara, Doli Siregar. Dalam menggalakan sanitasi di sekolah, Doli sudah melakukan berbagai upaya, antara lain pengecekan harian kebersihan sekolah, mendelegasikan tugas untuk pembersihan dan disinfeksi toilet sesuai dengan protokol kesehatan, serta pengisian ulang ketersediaan sabun dan perangkat kebersihan lainnya. “Kami terus berkomitmen untuk bekerja keras, agar sarana sanitasi sekolah, khususnya toilet bisa memberikan kenyamanan bagi warga sekolah. Moto kami ialah dengan sekolah yang sehat, maka lahirlah pembelajaran yang aman dan nyaman” tukasnya.

Selain sanitasi di sekolah, berbagai upaya dan invoasi sanitasi juga dilakukan di tingkat rumah tangga, di mana saat ini tantangan perubahan iklim menjadi salah satu isu utama yang berimplikasi pada akses dan keberlanjutan sarana di daerah. Inovator sanitasi dari Tasikmalaya, Alex Fauzi menceritakan tentang tangki septik kedap banjir yang ia bangun untuk menjawab kebutuhan warga di Tasikmalaya, dimana pemenuhan kebutuhan air bersih dan sanitasi aman terus diperlukan, namun dikarenakan kejadian banjir, maka banyak tangki septik yang meluap dan mengotori lingkungan sekitar.

“Saya lakukan pengamanan melalui empat sisi, yang pertama dari konstruksinya dibuat dengan sistem kedap air, kedua untuk pipa outletnya saya lengkapi dengan katup searah. Ketiga, untuk lubang kontrol juga saya tutup dan dirubah menjadi lebih kecil dengan menggunakan pipa 4 inci yang berfungsi menahan air masuk. Terakhir saya juga meninggikan ventilasinya yang berfungsi sama untuk menahan air masuk” pungkas Alex.

Sejalan dengan Alex, WASH Project Coordinator, Nias Selatan, Wahana Visi Indonesia, Pangeran Marpaung atau biasa yang disapa Eran menceritakan tentang tangki septik komunal yang ia kembangkan di daerah Nias. Hal ini didasari karena keterbatasan akses dan rendahnya kesadaran masyarakat disana

“Hampir seluruh masyarakat Siliwulawa sudah BAB di toilet, namun saluran pembuagan ke jurang di belakang rumah. Tidak ada WC sehat yang menggunakan tangki septik. Selain itu, adanya keterbatasan lahan dan belum ada layanan IPLT di Nias selatan” jelas Eran.

Kegiatan webinar kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dengan para narasumber serta pembacaan pemenang lomba dan giveaway Hari Toilet Sedunia. Diharapkan melalui kegiatan ini, kesadaran masyarakat akan pentingnya sanitasi aman terus meningkat, serta target yang telah ditetapkan dapat tercapai.