Pokja PPAS Nasional Adakan Serial Edukasi Podcast Untuk Tingkatkan Kesadaran Masyarakat Akan Pentingnya Air Minum dan Sanitasi Aman

Kelompok Kerja Pembangunan, Perumahan, Permukiman, Air dan Sanitasi (Pokja PPAS) nasional, di bawah koordinasi Direktorat Perumahan dan Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas, pada tahun ini akan kembali menyelenggarakan perhelatan advokasi dan komunikasi terbesar di sektor air minum dan sanitasi yaitu Konferensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN). Pada KSAN tahun ini tema yang diangkat adalah “Aksi Nyata Membangun Air Minum dan Sanitasi Aman Untuk Semua”.
 
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, rangkaian kegiatan KSAN 2021 banyak melakukan inovasi  kegiatan guna menyasar kalangan masyarakat yang lebih luas. Salah satu inovasi yang dilakukan ialah metode siaran berita melalui aplikasi streaming atau yang lebih dikenal dengan sebutan podcast yang memang menjadi salah satu pilihan utama sumber informasi masyarakat masa kini.
 
Dalam melakukan podcast ini, Pokja PPAS Nasional menggandeng Cleanomic untuk melakukan kampanye publik dengan meluncurkan episode podcast pertama bertajuk “Air Minum dan Sanitasi Aman Untuk Semua,”
 
Pada episode ini, Direktur Perumahan dan Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas, Tri Dewi Virgiyanti bercerita mengenai upaya penyediaan akses air minum dan sanitasi aman bagi masyarakat. Virgi menjelaskan, terdapat perbedaan mendasar antara akses layak dan aman. Pada akses aman, terdapat empat komponen utama yang harus dipenuhi, antara lain keamanan pada sumber air, keterjangkauan, ketersediaan, serta kualitas air yang baik.
 
“Saat ini capaian akses air minum aman baru mencapai 11,9%, yang artinya sebagaian besar masyarakat hanya memiliki akses ke sumber air minum layak. Penjaminan mutu kualitas air ialah yang paling sulit dipenuhi dari empat komponen akses aman, karena perlu dilakukan pemeriksaan di laboratorium untuk tingkat kontaminasinya,” jelas Virgi.
 
Selain pemenuhan kualitas air minum, masyarakat juga perlu memerhatikan sumber air minum yang ada di rumah, seperti air galon dan Air Minum Isi Ulang (DAMIU) yang banyak beredar di masyarakat. Virgi menerangkan, air galon tidak dapat dikategorikan sebagai sumber air minum yang layak karena keterjangkauan harga yang berkisar 200 kali lipat dari harga air PDAM. Sama halnya dengan DAMIU, yang tidak masuk kategori sumber air layak karena proses pengelolaan isi ulangnya tidak dapat dipastikan apakah aman dari kontaminasi atau tidak.
 
Keterkaitan Air Minum Aman dan Sanitasi Aman serta Upaya Pemenuhan Akses
 
Sesi diskusi podcast yang dimoderasi founder Cleanomic, Denia Isetianti berlanjut dengan pertanyaan mengenai keterakaitan air minum aman dan sanitasi aman. Pada sesi diskusi ini, Virgi menjelaskan,  penyediaan akses air minum aman harus diikuti dengan pemenuhan akses sanitasi aman untuk masyarakat. Sebagai contoh, sumber air pada sumur terlindungi perlu dipastikan keamanannya dari titik potensi pencemaran dari tangki septik. “Setidaknya, diperlukan jarak minimal 10 meter dari tangki septik ke sumur untuk memastikan agar sumber air tidak tercemar,” jelasnya.
 
Saat ini capaian akses sanitasi layak ialah 79,5% dan akses sanitasi aman baru sekitar 7,6%. Menurut Virgi, masih banyak masyarakat yang membuang air limbah domestik ke sungai atau ke tanah, yang secara langsung berpotensi mencemari ke sumber air dan dapat berimplikasi buruk pada kesehatan masyarakat.
 
Sampai saat ini pemerintah tengah berupaya memenuhi akses air minum dan sanitasi aman bagi masyarakat. Dimulai dari penetapan target dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 – 2024 dan Target Pembangunan Berkelanjutan (TPB) 2030 yang kemudian diturunkan melalui program program yang ada di daerah.
 
Virgi menjelaskan, pemenuhan akses aman tidak hanya seputar konstruksi dan bangunan saja, melainkan harus diperhartikan dari aspek pelayanannya. Terkait hal ini, peran pemerintah daerah sebagai penyelenggara layanan sangat diperlukan.
 
Selain pemerintah, peran masyarakat juga dinilai penting dalam upaya pemenuhan akses aman. Sebagai contoh, masyarakat dapat menghemat air yang ada agar sistem penyedia layanan dapat lebih efisien dan produktif. Selain itu, edukasi masyarakat untuk beralih ke air minum perpipaan juga sangat diperlukan, “Walaupun Growth Domestic Product (GDP) Indonesia termasuk salah satu yang tertinggi diantara negara- negara di Asia, namun akses perpipaan kita yang paling rendah yaitu hanya 20%” tambahnya.  
 
Dalam mendukung tercapainya akses aman untuk sektor sanitasi, hal lain yang bisa dilakukan masyarakat ialah dengan memastikan agar tangki septik di rumahnya disedot secara berkala melalui Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (L2T2) setiap tiga sampai lima tahun sekali untuk memastikan tidak adanya pencemaran sumber air.
 
Virgi meyakini bahwa pemenuhan akses air minum dan sanitasi aman dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia. Terkait hal ini, diperlukan kerja bersama dengan seluruh pihak untuk mempercepat pemenuhan target yang ada di dalam RPJMN 2020 -2024 dan TPB 2030.
 
Sebagai penutup, kegiatan edukasi masyrakat melalui kampanye publik KSAN 2021 akan terus dilanjutkan sampai acara puncak di bulan November mendatang. Harapannya, melalui kegiatan ini, kesadaran masyarakat akan pentingnya akses air minum dan sanitasi aman dapat terus meningkat.