Terpilih Sebagai Lokasi Program USAID IUWASH Tangguh, Papua Siap Kejar Target Air Minum dan Sanitasi Aman

Melanjutkan kegiatan sosialisasi program USAID IUWASH Tangguh pada lokasi terpilih, pemerintah pusat bersama tim USAID IUWASH Tangguh sambangi Provinsi Papua untuk mengadakan sosialisasi regional yang ketujuh. Kunjungan ini disambut baik oleh pemerintah daerah yang diwakili oleh Kepala Sekretaris Bappeda, Adolof Kambuaya. Dalam sambutannya, Adolof memberikan apresiasinya atas kerjasama mitra USAID dengan pemerintah Indonesia sampai saat ini, serta terpilihnya Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura di Provinsi Papua sebagai salah satu lokasi intervensi program USAID IUWASH Tangguh.
 
Bercerita mengenai situasi di Papua, Adolof kemudian menyampaikan bahwa sumber air baku di Papua sebenarnya sangat banyak, namun kualitas air yang dialirkan ke masyarakat kurang baik. Terkait ini, Adolof mengharapkan agar melalui Program USAID IUWASH Tangguh dapat meningkatkan kualitas air minum dan sanitasi di Papua, “Perlu aksi yang konkrit di lapangan, terutama masalah air dan sanitasi yang paling rawan. Harapan kedepannya, lokasi lain juga bisa terpilih selain Kabupaten dan Kota Jayapura” jelasnya.
 
Sambutan berikutnya disampaikan oleh Direktur Perumahan dan Kawasan Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas, Tri Dewi Virgiyanti, yang menegaskan bahwa dalam implementasi Program USAID IUWASH Tangguh diperlukan komitmen yang kuat dari pemerintah daerah, “Komitmen ini sangat penting, karena nanti setelah program selesai, pemerintah daerah lah yang akan memastikan keberlanjutannya,” jelasnya.
 
Menjelaskan terkait capaian, Virgi memaparkan bahwa saat ini Provinsi Papua baru mencapai 64,4% akses air minum layak dengan 3,4% akses perpipaan, serta 36,7% akses sanitasi layak, dengan 2,1% sanitasi aman. Angka praktik Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di tempat terbuka juga masih cukup tinggi, yaitu 23,8%. Sehubungan dengan hal ini, Virgi menyampaikan bahwa gap yang ada dapat menjadi tantangan bagi daerah untuk mempercepat capaian ketertinggalan yang ada, “Untuk pembangunan, tidak melulu menjelaskan terkait infrastruktur, tentu perlu aspek-aspek lain seperti kelembagaan, regulasi, sumber pendanaan, dan peningkatan peran masyarakat. Hal-hal ini yang nantinya akan dibantu melalui program USAID IUWASH Tangguh,” jelasnya.
 
Sesi sambutan kemudian dilanjutkan oleh, Tim Lead WASH, USAID IUWASH Trigeany Linggoatmodjo. Dalam paparannya, Tri menyampaikan apresiasinya atas komitmen pemerintah pusat dari proses penentuan lokasi USAID IUWASH Tangguh sampai ke sosialisasi ke pemerintah daerah. Tri juga menyampaikan bahwa pada program USAID IUWASH Tangguh akan memberikan dukungan teknis baru, yaitu pengelolaan sumber daya air yang berketahanan iklim. Namun untuk mencapai hal ini, dibutuhkan komitmen dari pemerintah daerah berupa penyusunan Rencana Kerja Tahunan (RKT) sebagai landasan penentuan strategi implementasi program.
 
Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi putaran pertama yang membahas tentang pengenalan program USAID IUWASH Tangguh. Paparan pertama dibawakan oleh Koordinator Bidang Air Minum dan Sanitasi, Kementerian PPN/Bappenas, Nur Aisyah Nasution yang menjelaskan mengenai tata kelola dari USAID IUWASH Tangguh, “Seperti yang disampaikan sebelumnya, pemerintah daerah perlu menyusun Rencana Kerja Tahunan (RKT), yang nantinya harus selaras dengan Annual Work Plan (AWP) yang disusun di tingkat pusat. RKT juga menjadi basis untuk penyusunan target-target implementasi setiap tahunnya,” jelasnya.
 
Selain tata kelola, Aisyah juga menjelaskan terkait strategi implementasi program kedepannya, “Diharapkan pendampingan teknis dari program IUWASH Tangguh, dapat dibarengi dengan pendanaan infrastruktur dari APBD, sehingga kita bersama sama dapat mencapai target yang ditetapkan. Selain itu, sebagai basis data, kami membutuhkan data capaian dari kota dan kabupaten yang belum kami terima. Hal ini penting sebagai baseline untuk menentukan target-target kedepannya,” tambahnya.
 
Menutup paparannya, Aisyah menjelaskan terkait konsep pelaksanaan program yang menggunakan pendekatan RPAM pada sektor air minum dan City Wide Inclusive Sanitation untuk sektor sanitasi. Selain itu, Aisyah juga mengharapkan agar pokja di daerah yang diketuai oleh Bappeda dapat aktif berperan kedepannya agar hibah yang diterima dapat dipergunakan dengan baik.
 
Diskusi pada putaran pertama ini kemudian ditutup oleh Chief of Party USAID IUWASH Tangguh, Alifah Lestari yang menjelaskan terkait pendekatan program IUWASH Tangguh yang menggunakan konsep IRIS (Integrated Resilient IUWASH Systems). Pendekatan ini mencangkup 4 komponen yaitu (a) kondisi lingkungan, (b) penyedia layanan air minum dan sanitasi, (d) pelibatan masyarakat, dan (e) tata kelola pemerintahan dan mekanisme keuangan.
 
Selain pendekatan IRIS, Alifah juga menjelaskan terkait prinsip prinsip dari program USAID IUWASH Tangguh, yang meliputi peningkatan investasi melalui PPP (Public Private Partnership), partisipasi perempuan dan Masyarakat B40, keselarasan koordinasi, pelibatan mitra dalam perencanaan proyek sampai ke penggalangan dana kemitraan dan inovasi untuk mendukung capaian target program USAID IUWASH Tangguh.
 
Diskusi putaran kedua menghadirkan perwakilan kementerian-kementerian yang turun menjadi pengampu dalam program ini. Direktorat Air Minum, Kementerian PUPR, yang diwakili oleh Mira Dian lebih lanjut menjelaskan terkait pentingnya pendekatan Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM) dalam memenuhi akses pelayanan air minum di daerah. kunci utama penerapan CWIS adalah kolaborasi para pemangku kepentingan, sehingga seluruh daerah Jayapura mendapatkan pelayanan air limbah domestik baik itu melalui Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Setempat (SPALDS) ataupun Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat (SPALDT),” jelas Marsaulina. Mira menjelaskan bahwa RPAM dapat membantu pemerintah daerah dan penyelenggara Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), karena dengan memahami resiko yang ada melalui RPAM, daerah dapat menyusun strategi pelaksanaan yang lebih baik.
 
Melanjutkan yang disampaikan oleh Mira, Direktorat Sanitasi, Kementerian PUPR, Marsaulina menjelaskan terkait penerapan City Wide Inclusive Sanitation (CWIS) dalam mencapai target sanitasi aman, “Salah satu
 
Diskusi putaran kedua dilanjutkan oleh perwakilan Direktorat SUPD II, Kementerian Dalam Negeri, Abdul Aziz yang menjelaskan terkait mandat pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) urusan penyediaan air minum dan sanitasi aman, serta alokasi anggaran pembiayaan dalam APBD.
 
Selanjutnya diskusi ditutup dengan paparan dari perwakilan Direktorat Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan, Ely Setyawati yang membahas terkait pentingnya pola perilaku masyarakat melalui 5 pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dalam mencapai target air minum dan sanitasi aman.