Kesan Singkat dari Stockholm World Water Week 2013, 01 - 06 September 2013, (Martin Keijzer, Koord. Prog. SHAW - SIMAVI)

Selama bertahun-tahun rekan-rekan saya bercerita tentang Stockholm World Water Week, sebagai tempat bagi para ahli WASH (Water, Sanitation and Hygiene) untuk bertemu, berdiskusi dan belajar tentang teknologi dan tren terbaru. Tahun ini, saya berpartisipasi untuk pertama kalinya.

Selama 3 hari saya hadiri, saya telah bertemu banyak orang dan melihat beberapa wajah-wajah yang saya kenal. Seorang panitia dari SIWI (Stockholm International Water Institute) mengatakan kepada saya bahwa ada 2.700 peserta, tidak mungkin untuk bertemu dengan mereka semua.

Di pintu masuk, setiap peserta dapat menunjukkan pada peta dari mana ia berasal, dan selama 3 hari ini hanya saya saja yang berasal dari Indonesia.

Stockholm World Water Week diadakan oleh beberapa organisasi yang ingin menunjukkan apa yang telah mereka lakukan, dan ada banyak sesi serta acara penunjang dengan berbagai topik.

Pada hari pertama saya memulai di stan Dutch WASH Alliance (Aliansi WASH Negeri Belanda). SIMAVI adalah LSM terdepan dalam aliansi yang beranggotakan 6 LSM Belanda. Program SHAW terpisah dari aliansi ini, tetapi saya boleh menyajikan brosur tentang Program SHAW, yang khusus dibuat untuk melengkapi saya dalam acara Stockholm World Water Week ini.

Pada hari yang sama saya juga berkeliling untuk mengunjungi stan lainnya. Berbagai organisasi menunjukkan kegiatan mereka. Sebagai contoh, saya berbicara dengan sekelompok pekerja dari ATLAS COPCO. Para karyawan ATLAS COPCO dapat memilih proyek yang ingin mereka dukung. Pendanaan untuk proyek yang dipilih berasal dari gaji mereka sendiri. Perusahaan kemudian berkontribusi 2 kali jumlah yang disumbang oleh karyawan. Mekanisme yang menarik.

Berikutnya saya tertarik dengan stand SIDA (Swedish International Development Cooperation Agency) yang menampikan sistem pemantauan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan dan inisiatif untuk studi Understandable Impact Indicators. Saya juga berdiskusi dengan siswa sekolah menengah yang menemukan sebuah keran air otomatis, yang memainkan musik ketika air mengalir.

Pada kesempatan yang lain, saya berpartisipasi dalam beberapa sesi. Sebagai kesan umum, kecenderungan untuk melihat lebih ke arah keberlanjutan jelas dapat diamati di mana-mana. Peraih Stockholm Water Prize 2013, Dr Morgan yang merancang dan membangun toilet di Zimbabwe, mempromosikan subsidi untuk instalasi toilet. Namun, ia dipaksa oleh para peserta untuk menarik kembali kata-katanya. Dia kemudian mengakui bahwa non-subsidi akan bekerja lebih baik untuk keberlanjutan. Direktorat Jenderal untuk Kerjasama Internasional Belanda (Dutch DGIS) menyelenggarakan sesi khusus untuk berbagi inisiatif untuk mempelajari klausul “Keberlanjutan 10 tahun” untuk proyek-proyek yang baru.

Pada sesi-sesi sanitasi yang saya ikuti, dorongan dari pemerintah dan donor untuk melihat MDG nomor 7  beberapa kali dipertanyakan. Disebutkan bahwa hasil yang berkelanjutan hanya mungkin jika anda tidak hanya fokus pada jumlah toilet saja tetapi perlu menyertakan peningkatan kesadaran tentang penggunaan dan pemeliharaan toilet. Pertanyaannya: “apa yang lebih penting, angka yang tinggi untuk capaian MDG nomor 7 atau masyarakat Stop BABS dan meningkatkan status kesehatannya”? Juga, kita harus menyadari bahwa dibutuhkan satu generasi untuk secara efektif mengubah perilaku, yang menuntut perencanaan dan pendekatan yang berbeda oleh donor, pemerintah dan pelaksana proyek.

Stockholm World Water Week merupakan pembelajaran yang bagus bagi Program SHAW, dimana Program SHAW merespon sangat baik untuk masalah ini dan pada kenyataannya bahwa Program SHAW sangat peduli tentang keberlanjutan dari capaian sanitasi dan hygiene di Indonesia.

Hal yang bagus juga dimana saya dapat berdiskusi dengan Profesor Robert Chambers (saya dan dia bekerja sama sebelumnya di sebuah proyek CLTS multi-negara di Afrika) dan dia mengamati bahwa perkembangan sanitasi dan hygiene di dunia telah melampaui CLTS, termasuk STBM di Indonesia.

Seperti yang kita katakan dalam Program SHAW: dengan STBM, Indonesia sudah mempersiapkan periode setelah 2015 yaitu ketika MDGs (Millenium Development Goals) menjadi SDGs (Sustainable Development Goals).